POLMAN, RAKYATSULBAR.COM — UPTD Taman Budaya dan Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menyelenggarakan Workshop Pameran Benda Pusaka dengan tema “Merawat Pusaka, Melestarikan Warisan Budaya” yang dilaksanakan di Boyang Kayyang Buttu Ciping, Desa Batulaya, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar, Selasa 5 Agustus 2025.
Workshop ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Pameran Benda Pusaka yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian benda pusaka sebagai warisan budaya tak benda dan identitas lokal yang bernilai tinggi.
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama, yakni: Lukman Ajiz, seorang Konservator dari Museum Nasional Republik Indonesia, Asri Abdul, Pemerhati Pusaka asal Polewali Mandar, dan Andi Samsumarlin EP, Pemerhati Pusaka asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dan jalan workshop ini dipandu oleh As’ad Sattari yang juga merupakan seniman di sulawesi barat.
Dalam penyampaiannya, Lukman Ajiz menekankan pentingnya konservasi benda pusaka melalui pendekatan ilmiah dan teknis.
“Setiap benda pusaka menyimpan nilai sejarah dan ilmu pengetahuan. Pelestariannya bukan hanya soal menjaga bentuk fisiknya, tetapi juga menjaga narasi dan makna di baliknya,” ujarnya.
Sementara itu, Asri Abdul, mengangkat pentingnya pendekatan budaya lokal dan keterlibatan masyarakat dalam merawat pusaka.
“Pusaka tidak hidup di museum saja, tapi juga dalam praktik dan tradisi masyarakat. Oleh karena itu, menjaga pusaka berarti menjaga kehidupan budaya kita,” tuturnya.
Andi Samsumarlin EP, yang dikenal sebagai kolektor dan pemerhati pusaka dari Bone, menyampaikan pandangannya tentang hubungan spiritual antara masyarakat dan benda pusaka.
“Benda pusaka tidak sekadar barang lama. Di dalamnya ada roh tradisi, nilai-nilai, dan kehormatan yang diwariskan turun-temurun,” katanya.
Workshop ini diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari tokoh adat, budayawan, pelajar, hingga komunitas pelestari budaya. Para peserta tak hanya mendapatkan materi secara teori, tetapi juga diajak untuk menyaksikan langsung koleksi benda pusaka yang dipamerkan dalam sesi interaktif, meliputi keris, alat musik tradisional, perlengkapan adat, dan kain tenun khas daerah.
Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum, Ika Lisrayani, SS., M.Si, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menjadi momentum penguatan identitas budaya masyarakat Sulawesi Barat.
“Kami berharap kegiatan ini bukan hanya berhenti pada seremoni, tetapi menjadi titik awal gerakan bersama untuk merawat, mencintai, dan melestarikan pusaka budaya daerah,” ujarnya.
Selain pemaparan para pemateri melakukan praktik perawatan terhadap benda-benda pusaka dan juga mengarahkan para peserta untuk menyaksikan langsung proses pembuatan badik maupun keris oleh para pande/ empu.
Melalui workshop ini, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat memahami bahwa pelestarian warisan budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi kewajiban bersama demi keberlanjutan identitas budaya bangsa. (*)








