Beri Kuliah Umum di Unhas, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid Ajak Reimajinasi Indonesia

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULBAR.COM – Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek, Hilmar Farid PhD bertandang ke Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam rangka tur kuliah umum pada Rabu 8 Oktober 2024 di Auditorium Prof. A. Amiruddin, Fakultas Kedokteran.

Hadir dalam kegiatan ini Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof. Drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., SpBM(K), beserta Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia, Alumni dan Sistem Informasi Prof. Dr. Farida Patittingi M.Hum.

Mengawali kegiatan, Prof Ruslin menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kuliah umum ini. Menurutnya, kebudayaan harus menjadi prioritas dan dilirik generasi muda.

“Unhas terus berbenah, termasuk dalam hal kebudayaan, dengan cara mensupport, memperkaya melalui pengembangan ilmu pengetahuan budaya di kampus. Apalagi kami di Bugis Makassar juga sangat kental budayanya, seperti budaya menyambut tamu yang khas dengan sajian manis,” ujarnya.

Ia berharap kuliah umum yang mengangkat topik kepulauan dalam memajukan kebudayaan ini dapat dimanfaatkan mahasiswa Unhas untuk kembali menggairahkan kebudayaan dan memajukan kebudayaan yang menjadi ciri khas Indonesia.

Dimoderatori oleh Dr. Andi M. Akhmar, M.Hum, kuliah umum ini tak hanya dihadiri mahasiswa, tetapi juga dosen dan peneliti kebudayaan hingga budayawan yang ada di Sulawesi Selatan.

Dalam pemaparannya bertajuk “Reimajinasi Indonesia, Perspektif Arkipelagis”, Hilmar Farid mengawali kuliah umumnya dengan mengajak audiens untuk memahami pentingnya reimajinasi atau mengimajinasikan kembali Indonesia, karena tanpa imajinasi, Indonesia tidak merdeka.

“Mengapa reimajinasi? Karena menurut saya suatu problem yang sangat mendasar dalam imajinasi Indonesia selama ini, sehingga harus dibayangkan ulang,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, Hilmar Farid juga menyoroti imajinasi geografis Indonesia yang kebanyakan menggambarkan Indonesia hanya berupa kumpulan pulau-pulaunya tanpa melihat batas lautnya.

“Waktunya kita reimajinasi di abad 21, jadi waktunya mempertimbangkan batas laut itu. Tapi banyak dari kita justru melihat laut sebagai penghalang,” tambahnya.

Tak ketinggalan, Hilmar Farid juga menyinggung tentang keanekaragaman biokultural di mana geografi arkipelagis yang dominan dengan keragaman ekosistem dan endemisme (allopatric speciation) yang sangat tinggi. Indonesia juga termasuk Coral Triangle, pusat keanekaragaman laut dunia.

Selain itu juga eragaman bahasa yang luar biasa, ada sekitar 400 bahasa yang aktif digunakan berbagai suku dan komunitas lokal. Termasuk Wallacea sebagai zona transisi Indo-Melayu dan Australasia (Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Nusa Tenggara).

Kuliah umum ini berlangsung interaktif yang dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab bersama mahasiswa hingga guru besar Unhas. (Yad)

  • Bagikan