Mengupas Skizofrenia “Gangguan Mental yang Masih Diselimuti Stigma”

  • Bagikan
ilustrasi

RAKYATSULBAR.COM – Skizofrenia, gangguan mental yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku seseorang, masih menjadi topik yang kurang dipahami oleh banyak masyarakat. Kondisi ini sering kali diwarnai stigma negatif yang memperburuk kualitas hidup penderitanya.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 24 juta orang di seluruh dunia hidup dengan skizofrenia. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi gangguan ini mencapai 7 per 1.000 penduduk, namun angka tersebut kemungkinan lebih tinggi karena minimnya kesadaran akan pentingnya diagnosis dan perawatan.

Dr. Andi Pratama, seorang psikiater di Jakarta, menjelaskan bahwa skizofrenia bukan sekadar “gangguan kejiwaan biasa”. “Skizofrenia adalah kondisi kronis yang membutuhkan pengelolaan jangka panjang. Gejalanya meliputi halusinasi, delusi, hingga gangguan fungsi sosial. Namun, dengan perawatan yang tepat, pasien bisa menjalani kehidupan yang produktif,” ujarnya.

Sayangnya, banyak penderita skizofrenia di Indonesia menghadapi stigma yang berujung pada pengabaian. Sebagian masyarakat bahkan masih mengaitkan gangguan ini dengan mitos, seperti kerasukan makhluk halus. Akibatnya, banyak pasien terlambat mendapatkan pertolongan medis.

Edukasi yang lebih baik tentang skizofrenia dapat membantu masyarakat memahami bahwa gangguan ini bukanlah “hukuman” atau “kegilaan”, melainkan kondisi medis yang membutuhkan perhatian. Dengan demikian, para penderita bisa mendapatkan dukungan yang mereka perlukan untuk menjalani hidup yang lebih baik.

  • Bagikan