RAKYATSULBAR.COM — Pada Rabu, tepatnya Tanggal 6 dan 7 Desember 2023, penulis diudang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lampung Tengah melalui Kadisnya Drs. Marwin Bastari untuk berbicara di panggung “Membangun Budaya Baca dan Menulis” yang dirangkaikan Launching Buku Bunda Literasi Lampung Tengah, Hj. Mardiana Musa Ahmad, Kamis 7 Desember 2023. Penulis bersama Duta Baca Indonesia Gol A Gong akan memberi insight pentingnya budaya baca dan menulis di kalangan Bunda Literasi.
Dan, pada Rabu 6 Desember 2023 juga Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gowa melalui Sekdisnya Dra.Mustamin Raga, M.Si. juga mengundang penulis berbicara di depan Bunda Baca Kabupaten Gowa, Bunda Baca Kecamatan, Bunda Baca Desa dan Kelurahan.
Dari kedua undangan tersebut, penulis memahami betul bahwa semangat literasi, hari ini menggema di mana-mana. Dari tempat terpencil dengan segala keterbatasannya, sampai kota besar yang segalanya ada. Tersebar peujuang literasi dengan masing-masing gayanya, menjaga gema semangat literasi, agar selalu ada. Bahkan semakin nyaring terdengar.
Semua itu tentu berasal dari kerja berbagai pihak. Ada banyak komunitas literasi yang berjuang tanpa letih, juga tiada mengenal pamrih. Betul-betul bekerja hanya untuk mengabdi. Didukung dengan berbagai program pemerintah yang mendukung literasi.
Mulai dari yang Sederhana
Energi literasi sudah menyala, tugas selanjutnya adalah menjaganya agar tetap berkobar. Caranya? Mulailah dari hal-hal kecil. Tularkan energi literasi pada orang-orang terdekat. Itulah yang ditawarkan penulis dalam Buku Parenting Literasi, yang penulis tulis. Penulis adalah penggiat literasi yang sudah puluhan tahun beraksi, mengabdi. Atas kiprahnya di dunia literasi, pada akhirnya penulis diganjar Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional.
Sebelumnya, penulis dianugerahi penghargaan Literasi Award Nasional IKA BKPRMI, Parmusi Award, Pin Emas tiga kali berturut-turut dari Walikota Makassar Danny Pomanto sebagai Penggagas dan Motivator Perpustakaan Lorong, Tokoh Pendidikan Non Formal dan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Terbaik 1 Kota Makassar, pada 2017.
Berikutnya, penulis kembali ke soal Buku penulis yang bertajuk “Parenting Literasi” adalah buku yang hendak berbagi informasi, bahwa mengurus pengembangan literasi adalah mengurusi sebuah mega proyek. Membangun literasi sejatinya membangun peradaban. Meskipun begitu, mulailah dari hal yang sederhana. Jangan berfokus pada akhir perjuangan literasi, bagaikan istana megah yang sulit dibangun.
Pandanglah literasi seperti keping-keping kecil batu pualam yang menyusunnya. Pada kepingan mana kita mau memberi sumbangsih. Tidak perlu muluk-muluk dalam mengembangkan literasi, mulailah dari keluarga sendiri. Itu semangat yang berusaha penulis bagi dalam bukunya.
Jujur, keluarga memang menjadi unit terkecil dalam masyarakat. Bukan karena dia unit terkecil, maka kecil pula pengaruhnya. Persoalan sosial yang ada di masyarakat, biasanya berawal dari tatanan keluarga yang rapuh. Juga sebaliknya, keadaan masyarakat harmonis, pasti lahir dari keluarga nan tentram.
Jika ingin memajukan literasi di tengah masyarakat, mulailah dari unit terkecil: keluarga. Penulis dalam buku ini menggambarkan tentang potret keluarga yang berliterasi. Selain dipenuhi perabotan rumah, ruang-ruang keluarga juga dipenuhi jejeran buku beraneka tema. Anak-anak tidak hanya sibuk dengan gawai, tapi mereka lebih antusias membalik-balik lembar buku.
Dua Pembahasan
Jika dibagi dalam dua bagian besar, Buku Parenting Literasi memuat buah pikir dan jejak pengalaman penulis sebagai seorang pejuang literasi. Ide-ide kreatif yang sederhana, menjadi ciri khasnya. Misalnya, penulis pernah menggagas “Gerakan Membaca 15 Menit”. Ya, waktu yang tidak terlampau lama, hanya 15 menit. SMA Negeri 17 Makassar adalah sekolah yang pernah menerapkan konsep ini. Setiap hari siswa diwajibkan membaca 15 menit saja di perpustakaan sekolah pada 2013-2015.
Dalam Buku Parenting Literasi, juga dikisahkan penulis membuat sebuah terobosan, lagi-lagi dalam bentuk gerakan, namanya Gerakan Ibu Suka Membaca Buku. Ibu-ibu yang biasanya identik dengan urusan domestik rumah tangga, di mata penulis mereka sangat potensial dalam membesarkan gelombang literasi.
“Apalagi untuk perkara membangun peradaban. Wanita adalah komponen penting. Wanita, kelak bila dia telah menjadi ibu, maka sejatinya dialah pendidik dunia. Bila generasi muda ini hancur, maka salah satu yang paling patut terkena getah adalah ibu.” Ungkap penulis dalam Buku Parenting Literasi.
Dari sekian banyak ide-ide segar pengembangan literasi yang digagas penulis, salah satu yang paling inovatif adalah perpustakaan lorong. Berawal dari mencermati tata ruang Kota Makassar yang banyak memiliki lorong, muncullah gagasan untuk membuat perpustakaan di lorong-lorong Kota Makassar.
Perpustakaan lorong, ide yang telah terejawantah dalam aksi nyata, membuat penulis mendapat banyak sorotan. Dalam buku ini penulis mengungkapkan keinginannya mengikuti jejak John Wood. Seorang tokoh literasi dunia yang punya sekitar 7.000 perpustakaan.
Selain disuguhi oleh gagasan-gagasan segar, membaca Buku Parenting Literasi seperti sedang membaca catatan perjalanan seorang pejuang literasi. Penulis mengajak kita bersafari dari satu forum literasi ke forum yang lain. Dari “safari literasi” itu penulis mengajak kita bertemu dengan berbagai tokoh pendukung literasi. Juga beragam organisasi yang punya komitmen terhadap pengembangan literasi.
Buku Parenting Literasi cocok diasup oleh mereka yang punya rencana sama dengan penulis, menjadi pengabdi di dunia literasi. Banyak aksi nyata yang bisa “dicontek” dari buku ini. Atau bagi mereka yang hampir kehabisan asa dalam memasyarakatkan literasi. Dengan ide-ide kreatifnya yang sederhana, penulis berhasil menggambarkan dan membuktikan bahwa perjuangan literasi sesuatu yang sungguh realistis. Mulailah dari langkah-langkah kecil yang kita bisa, parenting literasi, literasi dari rumah kita adalah salah satunya. (*)